hidden cmr

Kamis, 27 November 2014

GLOSARIUM MIKROBIOLOGI AKUATIK
Aerob : organisme/mikroorganisme yang dapat hidup dengan memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya.
Anaerob: organisme/mikroorganisme yang hidup tidak memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya.
Antibiosis : penghancuran suatu jasad hidup oleh jasad hidup lainnya.
Antibiotik : senyawa yang dihasilkan oleh mikroba untuk membunuh mikroba lain yang ada disekitarnya atau bahan kemoterapeutik yang terjadi sebagai produk sampingan kegiatan metabolisme bakteri atau fungi.
Antisepsis : proses pengurangan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau jaringan tubuh lain menggunakan anti mikroba.
Antiseptik : bahan kimia yang mencegah pertumbuhan dengan menghambat pertumbuhan atau memusnahkan mikroorganisme, digunakan untuk bagian tubuh pada jaringan hidup terutama kulit.
Archaebacteria : kelompok bakteri yang secara evolusi muncul lebih dulu (bakteri primitif) yang hidup pada habitat yang ekstrim seperti sumber air panas dan telaga garam.
Asam-kubu :  properti fisik dari beberapa bakteri mengacu pada perlawanan mereka untuk penghilangan warna dengan asam selama prosedur pewarnaan
Aseptis : suatu keadaan yang di dalamnya bebas dari segala macam bentuk kehidupan (mikroorganisme) yang dapat menginfeksi atau mengkontaminasi.
Autotrof : organisme yang dapat memproduksi bahan organik dari bahan anorganik di alam/ organisme yang dapat membuat makanan sendiri dengan bantuan energy seperti energy cahaya matahari dan kimia.
Bakteri gram-positif :  bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram-negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri.
Bakteri/ kuman : mikroba yang dapat menimbulkan penyakit dengan ukuran yang sangat kecil sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Bakterin: Vaksin yang dibuat dari bakteri yang mati, dan dapat menimbulkan kekebalan pada tubuh terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri jenis itu
Bakteriofag : virus yang hidup dalam sel bakteri/ menyerang bakteri.
Bakteriokhlorofil : suatu pigmen menyerupai klorofil yang dimiliki bakteri fotosintetik.
Bakteriolisis: Pembasmian dan pelarutan bacterium
Bakteriosilin: Jenis antibody yang terbentuk dalam darah dan dapat menghancurkan bakteri
Bakteriostasis: Pencegahan atau penghentian pertumbuhan bakteri
Bakteriostat: Substansi atau agen yang menghambat pertumbuhan atau perkembangbiakan bakteri
Bakteriostatika: Zat yang bersifat menghambat multiplikasi, akan tetapi bila zat penghambat itu telah dihilangkan, maka multiplikasi dilanjutkan kembali
Bakterisida: setiap zat atau agen yang dapat membunuh atau memusnahkan bakteri. Meliputi antibiotika, antiseptika, dan disinfektan
Disinfeksi : proses pemusnahan mikroorganisme pattogen dengan penggunaan disinfektan.
Disinfektan :  zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri
Endositosis :  proses pemasukan zat ke dalam sel
Eukaryot : kelompok makhluk yang sudah mempunyai membran inti.
Fagositosis :  proses seluler dari fagosit dan protista yang menggulung partikel padat dengan membran sel dan membentuk fagosom internal
Fakultatif anaerob : organisme yang dapat menggunakan oksigen bebas atau dapat tumbuh secara anaerob.
Fenetik : suatu studi yang mengklasifikasikan berbagai macam organisme berdasarkan kesamaan atau kemiripan morfologi dan sifat lainnya yang bisa diobservasi tidak tergantung pada asal evolusi organisme bersangkutan. Jadi dalam studi ini, lebih ditekankan adanya proses konvergensi evolusi
Fermentasi : peragian, proses pemecahan senyawa organik energi menjadi zat antara oleh mikroba (bantuan jamur) yang berlangsung dalam suasana anaerob dan menghasilkan energi.
Fiksasi : perubahan pada suatu lingkungan gen dari keadaan dimana terdapat paling tidak dua varian gen tertentu (alel) menjadi keadaan dimana hanya ada satu alel yang tersisa.
Filogenetik : studi yang membahas tentang hubungan kekerabatan antar berbagai macam organisme melalui analisis molekuler dan morfologi.
Glikolisis : rangkaian reaksi yang dikatalis oleh enzim untuk memecah satu molekul glukosan menjadi dua molekul asam piruvat.
Gram negatif : suatu teknik pewarnaan dinding sel pada bakteri yang terdiri dari lapisan peptidoglycan yang tipis, lipid yang lebih tinggi dan menghasilkan warna merah.
Gram variable : bakteri yang pada saat pewarnaan Gram menampakkan warna ungu dan lainnya merah jingga, tidak semua bakteri dapat secara definit diklasifikasikan oleh teknik pewarnaan Gram sehingga membentuk Gram variabel dan kelompok Gram tak tentu juga.
Halophiles : extremophile organisme yang berkembang dalam lingkungan dengan konsentrasi yang sangat tinggi garam
Heterotrof : organisme yang membutuhkan senyawa organik dimana karbon diekstrak untuk pertumbuhannya atau organisme tidak dapat membuat makanan sendiri tapi mendapatkan makanannya dari luar tubuh (sebagai komsumen)
Homeostasis:  kemampuan atau kecenderungan dari suatu organisme atau sel untuk menjaga keseimbangan internal dengan menyesuaikan proses fisiologis
Hyperthermophile : organisme yang tumbuh subur di lingkungan yang sangat panas-dari 60 derajat C (140 derajat F) ke atas. Suhu optimal bagi keberadaan hyperthermophiles di atas 80 ° C (176 ° F)
Inkubasi : penjagaan biakan bakteri dalam kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan atau pembiakan (kultivasi) bakteri yang dilakukan di dalam tabung atau cawan petri.
Inokulasi : pemindahan sel-sel mikroorganisme dari biakan ke medium steril dengan jarum atau lingkaran inokulasi yang steril.
Inokulum : suatu alat yang digunakan untuk menanam mikroba pada piring biakan atau mikroorganisme yang digunakan untuk pemindahan ke dalam medium.
Isolasi : memisahkan satu sel mikroorganisme dari mikroorganisme lainnya dalam media untuk menghasilkan satu koloni.
Isolat : bentuk perlakuan untuk meningkatkan produk.
Kokus : kelompok bakteri yang memiliki sel berbentuk dasar bulat, bentuk Kokus dapat berupa Monokoki (bulat tunggal), Diplokoki (berpasangan), Streptokoki (rantai), Stafilokoki (bergerombol seperti anggur), Sarsina (seperti kubus dengan 8 sel).
Koloni : suatu kumpulan organisme/mikroorganisme/kaum yang terdapat pada berbagai hewan tingkat rendah.
Kultur murni : teknik pemeliharaan jaringan atau sel bagian dari individu secara alami
Kultur/biakan : pertanaman sel atau jaringan di laboratorium atau pembudidayaan sel atau jaringan pada medium buatan, umunya dilakukan pada medium agar dalam tabung reaksi/ teknik perbanyakan sel atau jaringan dengan cara mengisolasi eksplan.
Medium/ media : substansi hara yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme, substansi ini dapat berupa medium padat maupun cair yang telah ditambahi agar atau bahan untuk kultur bakteri, sel ataupun jaringan.
Mesophile : organisme yang tumbuh paling baik di suhu moderat, tidak terlalu panas atau terlalu dingin, biasanya antara 15 dan 40 ° C (77 dan 104 ° F)
Methanogens : mikroorganisme yang menghasilkan metana sebagai produk sampingan metabolik dalam kondisi anoxic
Mikroaerofilik : mikroorganisme yang hidup paling baik dengan tekanan oksigen yang dikurangi/ rendah.
Mikrobiologi : kajian tentang makhluk hidup yang berukuran sangat kecil yang tidak bias dilihat dengan mata telanjang dan dengan bantuan mikroskop.
Mikroorganisma/Mikroorganisme/ mikrob/ mikroba : bentuk kecil kehidupan/ organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk melihatnya menggunakan mikroskop.
Miselium : kumpulan benang-benang hifa yang menyusun tubuh jamur.
.
Peptidoglikan (murein) :  susunan yang terdiri dari polimer besar dan terbuat dari N–asetil glukosamin dan asam N–asetil muramat yang saling berikatan silang (cross linking) dengan ikatan kovalen
Pewarnaan (staining) : teknik mewarnai yang bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri.
Plasmid : cincin DNA kecil dalam sitoplasma yang biasa terpadat pada bakteri. Plasmid sering digunakan dalam percobaan-percobaan DNA rekombinan.
Prokariota : organisme yang tidak memiliki nuklei dan membran untuk menyimpan bahan-bahan genetika (berbeda sekali dengan organisme Eukariota yang memiliki nuklei dan membran pada inti selnya, sehingga bahan-bahan genetikanya terkumpul di nuklei tersebut) dan pada umumnya merupakan organisme uniselular (tapi pada beberapa kasus, ada juga organisme prokariota yang multiselular).
Prokaryot : kelompok makhluk yang tidak mempunyai membran inti sebernarnya karena tidak ada membrane inti yang memisahkan DNA dari sitoplasma.
Spread plate method/ metode sebar : tekhnik menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri dipermukaan agar supaya diperoleh kultur murni.
Sterilisasi : Membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun
Streak method inocultion/ inokulasi cara gores : biakan digoreskan pada permukaan medium agar hara dengan cara yang memisahkan organisme sehingga berkembang koloni yang terisolasi.
Termofilik : organisme/ mikroorganisme yang suhu pertumbuhan optimumnya biasanya di atas 55°C atau 65°C.
Vaksin : produk yang mengandung antigen, yang terdiri atas organism pathogen yang dimatikan, organisme hidup yang tidak vorulen (dilemahkan), atau eksotoksin yang tidak diaktifkan (toksoid).
Vaksinasi : pemberian vaksin pada makhluk untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit.

Virus : parasit intrasel bligat (aseluler) yang menginfeksi sel organisme biologis.

Jumat, 21 November 2014

Tugas Terstruktur Biodiversity Sungai Logawa

I.                   TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Biodiversitas (Wayan : 2010) mengacu pada macam dan kelimpahan spesies, komposisi genetiknya, dan komunitas, ekosistem dan bentang alam di mana mereka berada. Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas kehidupan dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam semua bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan, binatang, jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen, spesies dan ekosistem. Biodiversitas juga mengacu pada macam struktur ekologi, fungsi atau proses pada semua level di atas. Biodiversitas terjadi pada skala spasial yang mulai dari tingkat lokal ke regional dan global. Krebs (2001) menyatakan bahwa Sejarah dan kestabilan lingkungan akan meningkatkan diversitas. pemangsaan, kompetisi dan heterogenitas juga turut berpengaruh pada diversitas.
Ikan adalah salah satu diantara organisme pada kelompok vertebrata dan yang paling besar jumlahnya. Ikan mendominasi kehidupan air di seluruh permukaan bumi, sangat beragam dalam adaptasi morfologi, fisiologi dan tingkah lakunya. Jumlah spesies ikan yangtelah berhasil dicatat adalah 21.000 spesies dan diperkirakan akan berkembang mencapai28.000 spesies. Jumlah spesies yang hidup di muka bumi adalah 21.723 spesies, sementara jumlah spesies vertebrata yang ada di permukaan sekitar 43.173 spesies (Saanin, 1984).
Bentuk, ukuran, dan letak mulut ikan dapat menggambarkan habitat ikan tersebut.Ikan-ikan yang berada di bagian dasar mempunyai bentuk mulut yang subterminal sedangkanikan- ikan pelagik dan ikan pada umumnya mempunyai bentuk mulut yang terminal. Ikan pemakan plankton mempunyai mulut yang kecil dan umumnya tidak dapat ditonjolkan keluar. Pada rongga mulut bagian dalam biasanya dilengkapi dengan jari-jari tapi insang yang panjang dan lemas untuk menyaring plankton. Umumnya mulut ikan pemakan plankton tidak mempunyai gigi. Ukuran mulut ikan berhubungan langsung dengan ukuran makanannya.Ikan-ikan yang memakan invertebrata kecil mempunyai mulut yang dilengkapi denganmoncong atau bibir yang panjang. Ikan dengan mangsa berukuran besar mempunyailingkaran mulut yang fleksibel, (Learman, M. 1986).
Bentuk tubuh pada mahluk hidup, termasuk pada hewan air juga erat kaitannyadengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya; terlebih dahulu kitamelihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi) hewan air tersebut. Morfologi adalah bentuk tubuh (termasuk warna) yang kelihatan dari luar. Bentuk tubuh pada mahluk hidup,termasuk pada hewan air erat kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelummelihat anatominya; terlebih dahulu kita melihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi) hewan air tersebut. Pada dasarnya morfologi dari setiap jenis hewan air yang masih dekatkekerabatanya mempunyai kemiripan-kemiripan, seperti anatomi dan morfologi udang,kepiting dan lobster hampir mirip. Hal yang sama juga akan kita dapati pada berbagai jenisikan serta pada berbagai jenis hewan lainya (Effendi, 1979).
Bentuk tubuh pada mahluk hidup, termasuk pada hewan air juga erat kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya; terlebih dahulu kita melihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi) hewan air tersebut. Morfologi adalah bentuk tubuh (termasuk warna) yang kelihatan dari luar. Bentuk tubuh pada mahluk hidup,termasuk pada hewan air erat kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya; terlebih dahulu kita melihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi) hewan air tersebut. Pada dasarnya morfologi dari setiap jenis hewan air yang masih dekat kekerabatanya mempunyai kemiripan-kemiripan, seperti anatomi dan morfologi udang,kepiting dan lobster hampir mirip. Hal yang sama juga akan kita dapati pada berbagai jenisikan serta pada berbagai jenis hewan lainya (Effendi, 1979).Karakter morfologi meliputi studi morfometrik dan meristik dari ikan. Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjangtotal dan panjang baku. Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat digunakan sebagaiciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan milimeter atau centimeter, ukuran yang dihasilkan disebut ukuran mutlak. Adapun meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh dari ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung (Affandi, et al.,1992).




II.                MATERI DAN METODE

2.1   Materi
2.1.1    Alat
Alat-alat yag digunakan adalah praktikum kelompok mandiri ekologi perairan adalah plastik, seser, pancing, kamera digital, milimeter blok, dan laptop.
2.1.2    Bahan
Bahan yang digunakan antara lain ikan yang di dapat dari Sungai Logawa , akuades, dan larutan formalin 40%.
2.2  Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpupulan data praktikum ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode pengambilan data secara survey dan observasi langsung dilapangan serta melakukan pengumpulan data dengan memusatkan perhatian pada suatukasus secara intensif dan mendetail, sehingga mendapatkan gambaran yang menyeluruh sebagai hasil dari pengumpulan data dan analisis data dalam jangka waktu tertentu (Natsir, 1983).
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Menurut sugiyono (2012:68) “purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Selain itu menurut Arikunto ( 2010:183) purposive sample dilkukan dengan cara mengabil subjek bukan diatas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak mengambil sampel yang besar dan jauh.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, metode wawancara, metode study kasus, dan metode dokumentasi. Metode observasi menurut Natsir,(1983) adalah  pengamatan secara langsung untuk mengambil data dengan menggunakan mata tanpa adanya pertolongan standar lain. Hal ini dilakukan dengan datang secara langsung ke lokasi sungai Logawa untuk mendapatkan sampel. Metode wawancara menurut adalah proses mendapatkan atau memperoleh keteragan dengan cara mengadakan tanya jawab serta bertatap muka secara langsung dan sistematis. Dalam praktikum ini metode wawancara digunakan dengan menanyakan secara langsung kepada para pemancing dan warga sekitar sungai Logawa mengenaik jenis ikan yang banyak di dapatkannya. Metode study pusaka dilakukan untuk mencari landasan teori mengenai praktikum yang akan dilakukan. Study pustaka dilakukan untuk mengetahui taksonomi ikan dan karakteristiknya. Metode dokumentasi menurut Arikunto (1997), dilakukan dengan mengambil gambar secara langsung menggunakan kamera untuk memperkuat data primer.




















III.             HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Spesimen 1
 










Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Osteochilus
Spesies            : Osteochilus hasselti
(Valenciennes,1842)
Nama lokal      : Ikan Nelem
Habitat                        : Sungai Logawa
Deskripsi         : Ikan Nilem mempunyai bentuk tubuh pipih, mulut dapat disembulkan. Posisi mulut terletak diujung hidung (terminal).Posisi sirip perut terletak di belakang sirip dada (abdominal). Ikan nilem tergolong bersisik lingkaran (sikloid). Rahang atas sama panjang atau lebih panjang dari diameter mata, sedangkan sungut moncong lebih pendek daripada panjang kepala.
Lokasi (GPS)  : 109o10’0″-109o20’0″ BT dan 7o10’-7o25’ LS






















Spesimen 2
 










Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Barbonymus
Spesies            : Barbonymus gonionotus
(Bleeker, 1850)
Nama lokal      : Ikan Tawes
Habitat                        : Sungai Logawa
Deskripsi         : Memiliki tubuh compresed, memiliki warna tubuh cerah dengan sirip teratur.
Lokasi (GPS)  : 109o10’0″-109o20’0″ BT dan 7o10’-7o25’ LS
Spesimen 3
 










Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii         
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Puntius
Spesies            : Puntius orphoides
 (Valenciennes, 1842)
Nama lokal      : Ikan Brek
Habitat                        : Sungai Logawa
Deskripsi         : Memiliki bentuk compresed, sirip anal berwarna merah, memiliki sirip perut.
Lokasi (GPS)  : 109o10’0″-109o20’0″ BT dan 7o10’-7o25’ LS
Spesimen 4
 










Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii         
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Rasbora
Spesies            : Rasbora argyrotaenia
(Bleeker, 1850)
Nama lokal      : Ikan lunjar
Habitat                        : Sungai Logawa
Deskripsi         : Memiliki garis linear di tengag warna hitam, bentuk tubuh compresed, ukuran ikan sedang, memiliki finlet.
Lokasi (GPS)  : 109o10’0″-109o20’0″ BT dan 7o10’-7o25’ LS
Spesimen 5
 










Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Famili              : Cichlidae
Genus              : Oreochromis
Spesies            : Oreochromis niloticus
 (Sannin, 1982)
Nama lokal      : Ikan Nila
Habitat                        : Sungai Logawa
Deskripsi         : Bentuk tubuh compresed, memiliki warna tubuh belang kehitaman, mulut terletak di tengah.
Lokasi (GPS)  : 109o10’0″-109o20’0″ BT dan 7o10’-7o25’ LS
Spesimen 6

 










Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii         
Ordo                : Siluriformes
Famili              : Loricariidae
Genus              : Hypostomus
Spesies            : Hypostomus plecostomus
(Linnaeus, 1758)
Nama lokal      : Ikan Sapu-sapu
Habitat                        : Sungai Logawa
Deskripsi         : Memiliki sirip pektoral yang berfungsi sebagai penempel, warna tubuh kehitaman.
Lokasi (GPS)  : 109o10’0″-109o20’0″ BT dan 7o10’-7o25’ LS

Spesimen 7

 










Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Famili              : Cichlidae
Genus              : Oreochromis
Spesies            : Oreochromis Mossambicus
          (W. Peters,1852)
Nama lokal      : Ikan Mujair
Habitat                        : Sungai Logawa
Deskripsi         : Warna tubuh kehitam-hitaman, memiliki garis-garis dibagian tubuhnya.
Lokasi (GPS)  : 109o10’0″-109o20’0″ BT dan 7o10’-7o25’ LS
Spesimen 8
 










Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                :Actinopterygii
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Nemacheilidae
Genus              : Nemacheilus
Spesies            : Nemacheilus faciatus
(Bleeker, 1863)
Nama lokal      : Ikan Uceng
Habitat                        : Sungai Logawa
Deskripsi         : Bentuk tubuh kecil memanjang, memiliki garis-garis kehitaman di bagian tubuhnya, memiliki sungut
Lokasi (GPS)  : 109o10’0″-109o20’0″ BT dan 7o10’-7o25’ LS
Spesimen 9

 










Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Barbodes
Spesies            : Barbodes binotatus
(Valenciennes, 1842) 
Nama lokal      : Ikan Benter
Habitat                        : Sungai Logawa
Deskripsi         : Sisik mengkilap, mata besar hitam kecoklatan, tidak memiliki sungut
Lokasi (GPS)  : 109o10’0″-109o20’0″ BT dan 7o10’-7o25’ LS


Spesimen 9

 










Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Pisces
Ordo                : Ostariophysi
Famili              : Clariidae
Genus              : Clarias
Spesies            : Clarias batrachus
(Linnaeus, 1758)
Nama lokal      : Ikan Lele
Habitat                        : Sungai Logawa
Deskripsi         : Tubuh berwarna kehtaman, memiliki sungut, ekor rounded
Lokasi (GPS)  : 109o10’0″-109o20’0″ BT dan 7o10’-7o25’ LS
4.2 Pembahasan
Ikan air deras adalah ikan yang dapat tumbuh optimal bila dipelihara di aliran air yang deras. Aliran air disebut deras bila debitnya minimal 25 liter/ detik. Debit optimal untuk pemeliharaan ikan adalah 50-100 liter/detik. Air mengalir derasmempunya oksigen terlarut antara 6-8 ppm. Ikan air deras biasanya mempunyai insang sebagaialat pernapasan, tidak mempunyai labyrinh sebagai alat pernapasan tambahan. Ikan air deras mempunyai sirip ekor yang berbentuk cabang, bukan bulat. Contoh ikan air deras adalah tawes, nilem, mas, patin, bawal. Ikan air deras bisa tumbuh optimal bila dipelihara pada air yang eras dan kaya oksigen ( Ciptanto, 2010).
Taksonomi ikan nilem menurut Valenciennes (1842)
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Osteochilus
Spesies            : Osteochilus hasselti
Ikan Nilem termasuk famili Cyprinidae dengan nama umum bonylip barb, hidup di perairan tawar dengan kisaran pH dan suhu masing masing 6,5-7 dan 220C - 260C. Bentuk tubuh ikan nilem memanjang pipih. Terdapat dua pasang sungut di kepalanya. Warna perut kemerahan dan warna punggungnya cokelat kehijauan.Warna sirip ekor, dubur, dan perut kemerahan. Ukuran panjang total ikan nilem dapat mencapai 35 cm (Kottelat et . 1993).
Morfologi Ikan Nilem mempunyai bentuk tubuh pipih, mulut dapat disem bulkan.Posisi mulut terletak diujung hidung (terminal).Posisi sirip perut terletak di belakang sirip dada (abdominal). Ikan nilem tergolong bersisik lingkaran (sikloid). Rahang atas sama panjang atau lebih panjang dari diameter mata, sedangkan sungut moncong lebih pendek daripada panjang kepala. Permulaan sirip punggung berhadapan dengan sisik garis rusuk ke 8 sampai ke10. Bentuk sirip dubur agak tegak, permulaan sirip dubur berhadapan dengan sisik garis rusuk ke 22 atau ke 23 di belakang jari-jari sirip punggung terakhir. Sirip perut dan sirip dada hampir sama panjang. Permulaan sirip perut dipisahkan oleh 4 -41/2 sisik dari sisik garis rusuk ke-10 sampai ke-12. Sirip perut tidak mencapai dubur. Sirip ekor bercagak. Tinggi batang ekor hampir sama dengan panjang batang ekor dan dikelilingi oleh 16 sisik (Weber dan de Beaufort 1916 dalam Nuryanto 2001).
Ikan nilem berdasarkan warna sisiknya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu ikan nilem yang berwarna coklat kehitaman (ikan nilem yang berwarna coklat hijau pada punggungnya dan terang di bagian perut) dan ikan nilem merah (ikan nilem yang berwarna merah atau kemerah-merahan pada bagian punggungnya dan pada bagian perut agak terang)
Taksonomi ikan tawes mwnurut Bleeker (1850)
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Barbonymus
Spesies            : Barbonymus gonionotus
Ikan tawes, Barbonymus gonionotus akan tumbuh dengan baik bila dibudidayakan di kolam air deras, keramba, maupun keramba jaring apung. Tawes termasuk ikan herbivora. Ikan tawes di alam biasa hidup di sungai,danau , rawa, dan perairan umum lainnya. Perairan yang disukaiikan tawes adalah perairan yang jernih gemercik dengan kandungan oksigen yang tinggi. Ikan tawes juga dapat hidupp di danau maupun rawa bahkan di air payau dengan salinitas 7 ppt (Ciptanto, 2010).
Tubuh ikan tawes pipih ke samping . kulit ikan mempunyai sisik berwarna putih keperak perakan dan berukuran besar. Mulut berada di ujung tengah kepalatermial dihiasi sungaut.dorsal fin tegak dengan jari jari sirip kuat, sirip ekor analfin denang lobus membulat. Tawes memiliki garis rusuk linea lateralis berjumlah 29-31 buah, panjang ikan ini bisa mencapai 52 cm dengan berat 2 kg per ekor. Di kolam budidaya ikan tawes bisa mencapaiberat 1 kg per ekor ( Santoso, B dan Tata S., 2001)
Taksonomi ikan Brek menurut  Valenciennes (1842)
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii         
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Puntius
Spesies            : Puntius orphoides
Puntius orphoides termasuk kedalam Suku Cyprinidae (carps) atau disebut juga dengan mata merah, istilah lainnya Javan barb. Morfologi P. orphoides, mempunyai panjang total maksimal 25 cm untuk jantan atau individu yang tak jelas jenis kelaminnya. Spina dorsalis ikan P. orphoides yang keras 44; spina dorsal lunak: 88; spina anal keras: 2 dan yang lunak: 5 dengan 4 barbel. Ikan ini mempunyai barbell maxilla anterior (rostral), terdapat penulangan transparan sederhana di bagian akhir dorsal dan bentuk seperti gergaji ada di posterior. Bintik hitam tampak di bagian pedunkulus kaudal, kecil, memanjang vertikal, ada bintik hitam di bawah punggung, warna gelap ekstremitas atas di katup insang di bagian pektoral, bagian kaudal sirip warna oranye tampak garis tepi hitam yang lebar pada setiap lobus, biasanya garis longitudinal berupa bintik hitam sepanjang garis P. orphoides termasuk jenis ikan yang bento-pelagik, hidup di perairan tawar dengan kisaran derajad keasaman 66,5. P. orphoides terdistribusi luas di kawasan tropis dengan kisaran temperatur air 2225oC. Dalam perniagaan sedikit dikomersialkan dan harga di pasaran tidak diketahui. P. orphoides juga mempunyai daya tahan yang sedang dan waktu minimum berulang populasi antara 1,4−4,4 tahun. Resistensi ikan ini termasuk sedang, dengan vulnerability index 38,56 (Boyd, 1982; Brotowidjoyo et al., 1990).
Parameter kualitas air terkait dengan kehidupan ikan antara lain temperatur air terukur berkisar antara 2830,5oC; kandungan oksigen terlarut 5,5410 ppm; pH 6,77,4; CO2 bebas 5,38,7 ppm dan alkalinitas 320.630 ppm. Data kisaran parameter kualitas air yang mempresentasikan habitat perairan mengalir yaitu temperatur air 2131oC; kandungan oksigen terlarut 5,8–7,8 ppm; pH 5,8–8; CO2 bebas 1,84,6 ppm dan kecepatan arus air 0,41,2 meter/detik. Kisaran temperatur tempat ditemukannya P. orphoides adalah 2429oC (Hasisusanto dan suryaningsih, 2011).
Taksonomi Ikan Lunjar Padi menurut Bleeker (1850)
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii         
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Rasbora
Spesies            : Rasbora argyrotaenia
Ikan lunjar padi banyak terdapat di rawa-rawa dengan perairan jernih. Ikan lunjar termasuk family Cyprinidae dengan tubuh polos kekuningan, dengan 29-30 deret sisik sepanjang tubuh. Panjang hanya sekitar 4-5 cm, termasuk ikan omnivore yaitu pemakan segala macam bahan pakan baik bahan hewani atau nabati. Lingkungan yang disukai adalah suhu 230C - 280C, pH 6,0 – 7,5, memiliki mulut menghadap ke atas dan kepalanya pipih datar, hal ini untuk mengambil oksigen di permukaan air. Habitat ikan ini adalah perairan tawar yang jernih, tidak tercemar dan tidak pernah ditemukan pada perairan asin dengan daerah sebaran Asia Tenggara meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand dan Singapura (Kottelat, at al., 1993).
Taksononi ikan Nila menurut Saanin (1984)
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Osteichtes
Ordo                : Percomorphii
Famili              : Cichlidae
Genus              :Oreochromis
Spesies            : Oreochromis niloticus
Ikan Nila atau Oreochromis niloticus termasuk jenis hewan vertebrata yang seluruh badannya bersisik dan mempunyai gurat sisi. Ikan Nila termasuk dalam filum Chordata yang berarti bertulang belakang atau kerangka tubuh. Ikan Nila merupakan salah satub jenis ikan yang dapat dibudidayakan di kolam dan memiliki nilai ekonomis yang cukup penting. Potensi Ikan Niloa sebagai Ikian Budidaya cukup besar, karena memiliki kelebihan, yaitu :
a)      Mudah berkembang biak di lingkungan budidaya
b)      Dapat menerima makanan yang beragam
c)      Toleransi terhadap kadar garam/salinitas tinggi
d)     Pertumbuhannya Cepat
Habitat lingkngan Ikan Nila, yaitu : danau, Sungai, Waduk, Rawa, Sawah, dan perairan lainnya. Selain itu Ikan nila mampu hidup pada perairan payau, misalnya tambak dengan salinitas maksimal 29% oleh karena itu masyarakat yang berada di daerah sekitar pantai dapat membudidayakannya khusus kegiatan pembesaran Ikan Nila (Santoso,1996).
Ikan Nila memiliki lima buah sirip, yakni sirip punggung ( dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut ( venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor ( caudal fin). Sirip punggungnya memanjang, dari bagian atas tutup insang higga bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anus hanya satu buah dab berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah. Ikan nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan nila betina. Alat kelamin nila jantan berupa tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urin dan saluran sperma teletak  di depan anus. Ika diurut, perut ikan nila jantan akan mengeluarkan cairan bening. Sementara itu, ikan nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang urin yang terletak di depan anus. Bentuk hidunga dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan nila betina, bentuk hidung dan rahag belakangnya agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garisnya berlanjut ( tidak terputus) dan melingar (Khairuman dan Amri, 2011).
Ikan nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38 0 C dan dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 22-37oC. Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu optimum bagi ikan nila adalah 25-40o C pertumbuhan ikan nia akan terganggu jika suhu habitatna lebih rendah dari 14o C atau pada suhu 6o C atau 42o C. Selain suhu, faktor lain yang bisa mempengaruhi kehidupan ikan nila adalah salinitas 0-29 permil. Jika kadar garam 29-35 permil , ikan nila bisa tumbuh, tetapi tidak bisa bereproduksi. Ikan nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih cepat menyesuaikan diri dengan kenaikan salinitas dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar (Khairuman dan Amri, 2011).
Taksonomi ikan Sapu- Sapu menurut Linnaeus (1758)
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii         
Ordo                : Siluriformes
Famili              : Loricariidae
Genus              : Hypostomus
Spesies            : Hypostomus plecostomus
Ikan sapu-sapu memiliki tubuh yang ditutupi dengan sisik keras kecuali bagian perutnya, bentuk tubuh pipih, kepala lebar, mulut terletak dibagian kepala dan berbentuk cakram, memiliki adifose fin yang berduri. Semua sirip kecuali ekor selalu diawali dengan jari-jari keras. Sirip punggung lebar dengan tujuh jarijarim lemah (Hypostosmus sp) atau 10-13 jari-jari lemah (Hyposarcus pardalis), warna tubuh cokelat atau abu-abu dengan bintik-bintik hitam diseluruh tubuhnya (Kottelat et al 1993). Ikan sapu-sapu berasal dari Amerika Selatan tepatnya dari Argentina Utara, Uruguay, Paraguay, dan Brazil bagian Selatan yaitu di sungai Rio de Plate, Rio Paraguay, Rio Panama dan Rio Uruguay (Kottelat et al 1993).
Selain terdapat di kawasan Jakarta dan sekitarnya, ikan sapu-sapu (Hyposarcus pardalis) sudah menyebar hingga di kawasan Depok bahkan daerah Bogor dengan jumlah yang sangat besar (Prihardhyanto 1995). Menurut Prihardhyanto (1995), keberadaan ikan sapu-sapu diperairan umum di kawasan Jakarta dan sekitarnya tidak terlepas dari aktivitas penggemar dan pembudidaya ikan hias yang mungkin tanpa sengaja melepas jenis ikan tersebut di perairan umum. Habitat asli ikan sapu-sapu adalah sungai dengan aliran air yang deras dan jernih, tetapi dapat juga hidup di perairan tergenang seperti rawa dan danau (Prihardyanto 1995). Ikan sapu-sapu dapat hidup di perairan dengan kadar oksigen terlarut yang rendah, sehingga hanya sedikit spesies lain yang dapat hidup di perairan tersebut (sampai hanya ikan sapu-sapu yang dapat bertahan hidup).

Taksonomi Ikan Mujair menurut (W. Peters, 1852)                                                                     
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Famili              : Cichlidae
Genus              : Oreochromis
Spesies            : Oreochromis Mossambicus
Adapun morfologi dari ikan mujair adalah simetri bilateral. Adapun bentuk tubuh ikan tersusun atas tiga bagian, yaitu kepala, batang tubuh dan ekor dan memilki garis literalis (gurat sisi). Pada ujung depan dari kepala terdapat mulut, yang berbentuk terminal yakni mulut terletak di ujung hidung dan mulut dapat di sembulkan, diatas mulut terdapat cekung hidung, pada sebelah-menyebelah kepala terdapat mata, antara bagian kepala dan batang tubuh terdapat tutup insang. Bentuk sirip ekor adalah tegak,posisi sirip perut terhadap sirip dada adalah subabdominal yakni sirip perut agak dekat dengan sirip dada. Tipe sirip punggung adalah tunggal, mempunyai sirip perut dan sirip dada, linear lateralis tampak jelas,dan mempunyai operkulum atau penutup insang dan preoperkulum. Ikan berukuran sedang, panjang total maksimum yang dapat dicapai ikan mujair adalah sekitar 40 cm. Bentuk badannya pipih dengan warna hitam, keabu-abuan, kecoklatan atau kuning. Sirip punggungnya (dorsal) memiliki 15-17 duri (tajam) dan 10-13 jari-jari (duri berujung lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 9-12 jari-jari.
Taksonomi ikan uceng menurut Bleeker (1863)
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                :Actinopterygii
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Nemacheilidae
Genus              : Nemacheilus
Spesies            : Nemacheilus faciatus
Genus ini memiliki lebih dari 450 spesies dengan distribusi di Cina bagian selatan, Selatan dan Asia Tenggara, Baluchistan, Iran barat dan timur laut Afrika. Ikan dari genus Nemacheilus ditandai dengan sirip punggung yangagak pendek (7 atau 8 cabang), garis longitudinal, membentuk sebuah banddseluruh tubuh ke arah sirip ekor, bola mata berwarna hitam besar. Lubang hidung dekat satu sama lain , tubular tapi tidak diperpanjang sebagai sungut. Mulut setengah lingkaran, bibir agak berdaging, sangat berkerut, bibir atas dengan sepasang barbel (Kottelat et.al.,1993).
Ukuran tubuhnya yang kecil dan habitatnya yang berupa bebatuan hingga perairan berkerikil menyebabkan ikan ini mudah untuk bersembunyidan sangat susah ditangkap. Menurut Brown, (1975) dalam Kottelat et al.,(1993), ikan uceng memiliki badan memanjang, ditemukan pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut tinggi, hidup di tepi sungai pada bagian dangkal dan dasar sungai batu, kerikil dan pasir. Spesies ini mampu berenang melawan arus.
Taksonomi Ikan Benter menurut Valenciennes (1842)
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Barbodes
Spesies            : Barbodes binotatus
Ikan Benter memiliki ciri-ciri bibir bawah tidak terpisah dari rahang bawah yang tidak berkulit tebal atau terpisah dari rahang bawah oleh turisan pada permukaan saja; hidung tidak berbintil-bintil keras. Tinggi batang ekor sama dengan panjangnya dan setengah sampai sepertiga kepala; kepala 3,3 sampai 4,5 kali lebar mata (Saanin, 1984). Ikan Benter mempunyai 2-4 sungut, gurat sisi sempurna, satu jari-jari  sirip terakhir punggung mengeras dan bergerigi dibagian belakangnya; 4,5 sisik antara gurat sisi dan awal sirip punggung. Satu bintik bulat besar pada bagian anterior dari pangkal sirip punggung dan sebuah lagi di tengah batang ekor. Pada juvenil dan dewasa ada 2-4 titik-titik memanjang (Kottelat  et al., 1993).
Taksonomi ikan Lele (Linnaeus, 1758)
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Pisces
Ordo                : Ostariophysi
Famili              : Clariidae
Genus              : Clarias
Spesies            : Clarias batrachus
Sirip ekor, sirip punggung, dan sirip dubur tidak bersatu, kepala relatif besar jari –jari sirip punggung dan sirip dubur relative sidikit, batas depan ubun –ubun membentuk garis melalui  bagian tengah  mata atau bagian depan mata, jarak antara sirip punggung dan kepala 4,5- 5,5 kali lebih pendek  dari jarak  antara moncong dan tonjolan keras di kepala, mempunyai labirin, memijah pada saat musim hujan  sampai awal musim kemarau, memakan serangga dan bersifat carnivore, menyukai di dasar sungai berlumpur atau rawa pada anak sungai, danau dan waduk serta sebagai ikan konsumsi penting, 60 -70 jari – jari lemah pada sirip punggung, 47 -58 jari –jari lemah pada sirip dubur panjang total 400 mm (Linnaeus, 1758)
IV.             KESIMPULAN
  1. Kingdom: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Actinopterygii, Ordo: Cypriniformes, Famili: Cyprinidae, Genus: Osteochilus, Spesies: Osteochilus hasselti, Nama lokal: Ikan Nelem, Habitat: Sungai Logawa, Deskripsi: Ikan Nilem mempunyai bentuk tubuh pipih, mulut dapat disembulkan. Posisi mulut terletak diujung hidung (terminal).Posisi sirip perut terletak di belakang sirip dada (abdominal). Ikan nilem tergolong bersisik lingkaran (sikloid). Rahang atas sama panjang atau lebih panjang dari diameter mata, sedangkan sungut moncong lebih pendek daripada panjang kepala.
  2. Kingdom: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Actinopterygii, Ordo: Cypriniformes, Famili: Cyprinidae, Genus: Puntius, Spesies: Puntius orphoides, Nama lokal: Ikan Brek, Habitat: Sungai Logawa, Deskripsi   : memiliki bentuk compresed, sirip anal berwarna merah, memiliki sirip perut.
  3. Kingdom: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Actinopterygii, Ordo: Cypriniformes, Famili: Cyprinidae, Genus: Puntius, Spesies          : Puntius orphoides, Nama lokal: Ikan Brek, Habitat: Sungai Logawa, Deskripsi         : memiliki bentuk compresed, sirip anal berwarna merah, memiliki sirip perut.
  4. Kingdom: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Actinopterygii, Ordo: Cypriniformes, Famili: Cyprinidae, Genus: Rasbora, Spesies         : Rasbora argyrotaenia, Nama lokal: Ikan lunjar, Habitat: Sungai Logawa, Deskripsi: memiliki garis linear di tengag warna hitam, bentuk tubuh compresed, ukuran ikan sedang, memiliki finlet.
  5. Kingdom: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Actinopterygii, Ordo: Perciformes, Famili: Cichlidae, Genus: Oreochromis, Spesies: Oreochromis niloticus,Nama lokal: Ikan Nila, Habitat: Sungai Logawa, Deskripsi: bentuk tubuh compresed, memiliki warna tubuh belang kehitaman, mulut terletak di tengah.
  6. Kingdom: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Actinopterygii, Ordo: Siluriformes, Famili: Loricariidae, Genus: Hypostomus, Spesies: Hypostomus plecostomus, Nama lokal: Ikan Sapu-sapu, Habitat: Sungai Logawa, Deskripsi: memiliki sirip pektoral yang berfungsi sebagai penempel, warna tubuh kehitaman.

  1. Kingdom: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Actinopterygii, Ordo: Perciformes, Famili: Cichlidae, Genus: Oreochromis, Spesies: Oreochromis Mossambicus, Nama lokal: Ikan Mujair, Habitat: Sungai Logawa, Deskripsi: Warna tubuh kehitam-hitaman
  2. Kingdom: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Actinopterygii, Ordo: Cypriniformes, Famili: Nemacheilidae, Genus: Nemacheilus, Spesies: Nemacheilus faciatus, Nama lokal: Ikan Uceng, Habitat: Sungai Logawa, Deskripsi         : Bentuk tubuh kecil memanjang, memiliki garis-garis kehitaman di bagian tubuhnya, memiliki sungut
  3. Kingdom: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Actinopterygii, Ordo: Cypriniformes, Famili: Cyprinidae, Genus: Barbodes, Spesies: Barbodes binotatus, Nama lokal: Ikan Benter, Habitat: Sungai Logawa, Deskripsi: sisik mengkilap, mata besar hitam kecoklatan, tidak memiliki sungut
  4. Kingdom: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Pisces, Ordo: Ostariophysi, Famili: Clariidae, Genus: Clarias, Spesies: Clarias batrachus, Nama lokal: Ikan Lele, Habitat  :Sungai Logawa, Deskripsi: Tubuh berwarna kehtaman, memiliki sungut, ekor rounded







DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi Suatu Pedoman
Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Edisi Praktis.
Rineka Cipta. Jakarta.
Barus, T. A. 2002. Pengantar Limnolongi. FMIPA USU: Medan.
Boyd, C.E. 1982. Water quality in warm water fish pond. Craffmaster Printers Inc. Opelika, Alabama.
Brotowidjoyo, M.D., Tribawono, D. dan Mulbyantoro, E. 1990. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty, Yogyakarta.
Ciptanto, Sapto. 2010.TOP 10 Ikan Air Tawar. Lily Publisher.Yogyakarta.
Djajadireja, R., S. Hatimah, dan Z. Arifin. 1997. Buku Pedoman Sumber Daya Perikanan Darat Bagian I. Direktorat Jendral Perikanan Departemen Pertanian: Jakarta.
Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Cikuray- Bogor.
Hadisusanto,Suwarno dan Suryaningsih, Suhestri. 2011. Puntius orphoides Valenciennes, 1842: Kajian Ekologi dan Potensi untuk Domestikasi. Biota. Vol 16 (2). hal :215-220. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Khairuman, Amri, K. 2011. Budi Daya Ikan Nila secara Intensif. Agromedia. Jakarta
Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN & Wiroatmodjo S. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Edisi Dwi Bahasa Inggris-Indonesia. Periplus Edition (HK) Ltd. Bekerjasama dengan Kantor Menteri KLH, Jakarta, Indonesia.
Krebs, C.J. 2011. Ecological Methodology. Harper Collins. New York
Lerman, M. 1986. Marine biology. California: The Benjamin/Cummings
Publishing Company, Inc
Natsir, M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University. Press: Yogyakarta.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Jakarta: Bina Cipta.
Santos, 1993. Budi.Ikan Mas Mengungkap Teknik Pemeliharaan. Kanisius: Yogyakarta.
Santoso. Budi 1996. Budidaya Ikan Nila. Kasinius: Yogyakarta.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung